Minggu, 23 September 2012

3 golongan yang beruntung

Tiga rumus yang harus selalu diingat terdapat dalam surah Al-Asyr.
Setiap bertambah hari,bertambah umur, kita itu merugi kecuali tiga golongan
kelompok yang beruntung.

Golongan pertama adalah orang yang selalu berpikir
keras bagaimana supaya keyakinan dia kepada Allah
meningkat. Sebab semua kebahagiaan dan kemuliaan itu
berbanding lurus dengan tingkat keyakinan kepada
Allah. Tidak ada orang ikhlas kecuali yakin kepada
Allah. Tidak ada sabar kecuali kenal kepada Allah.
Tidak ada orng yang zuhud kepada dunia kecuali orang
yang tahu kekayaan Allah. Tidak ada orang yang
tawadhu kecuali orang yang tahu kehebatan Allah. Makin
akrab dan kenal dengan Allah semua dipandang kecil.
Setiap hari dalam hidup kita seharusnya dipikirkan
bagaimana kita dekat dengan Allah.

Kalau Allah sudah mencintai mahluk segala urusan akan
beres. Salah satu bukti seperseratus sifat pemurah
Allah yang disebarkan kepada seluruh mahlukNya bisa
dilihat sikap seorang ibu yang melahirkan
seorang anak
Kesakitan waktu melahirkan, hamil sembilan bulan tanpa
mengeluh yang belum tentu anak tersebut akan membalas
budinya. Tidak tidur ketika anaknya sakit, mengurus
anak dari mulai TK sampai SMA. Memikirkan biaya
kuliah. Mulai nikah dibiayai sampai punya anak bahkan
juga diterima tinggal di rumah sang ibu. Tetapi
kerelaannya masih saja
terpancar. Itulah seperseratus sifat Allah.

Selalu komitmen mau kemana rumah tangga ini akan
dibawa. Mungkin sang ayah atau ibu yang meninggal
lebih dulu yang penting keluarga ini akan kumpul di
surga. Apapun yang ada dirumah harus menjadi jalan
mendekat kepada Allah. Beli barang apapun harus barang
yang disukai Allah. Supaya rumah kita menjadi rumah
yang disukai Allah. Boleh punya barang yang bagus
tanpa diwarnai dengan takabur. Bukan perkara
mahal atau murah, bagus atau tidak tetapi apakah bisa
dipertanggungjawabkan disisi Allah atau tidak. Bahkan
dalam mendengar lagu yang disukai Allah siapa tahu kita dipanggil
Allah ketika mendengar lagu. Rumah kita harus Allah
oriented. Kaligrafi dengan tulisan Allah. Kita senang
melihat rumah mewah dan islami. Jadikan semua harta
jadi dakwah mulai mobil sampai rumah. Tiap punya uang
beli buku, buat perpustakaan di rumah untuk tamu yang
berkunjung membaca dan menambah ilmu. Jangan memberi
hadiah lebaran hanya makanan, coba memberi buku, kaset
dan bacaan lain yang berguna.

Jangan rewel memikirkan kebutuhan kita, itu semua
tidak akan kemana-mana. Allah tahu kebutuhan kita
daripada kita sendiri. Allah
menciptakan usus dengan disain untuk lapar tidak
mungkin tidak diberi makan. Allah menyuruh kita
menutup aurat, tidak mungkin tidak diberi pakaian.

Apa yang kita pikirkan Allah sudah mengetahui apa yang
kita pikirkan.
Yang harus kita pikirkan adalah bagaimana dekat dengan
Allah, selanjutnya Allah yang akan mengurusnya. Kita
cenderung untuk memikirkan yang tidak disuruh oleh Allah bukan yang
disuruhNya. Kalau hubungan kita dengan Allah bagus
semua akan beres. Barang siapa yang terus dekat dengan
Allah, akan diberi jalan keluar setiap urusannya.
Dan dijamin dengan rezeki dari tempat yang tidak
diduga-duga. Dan barang siapa hatinya yakin Allah yang
punya segalanya, akan
dicukupkan segala kebutuhannya. Jadi bukan dunia ini
yang menjadi masalah tetapi hubungan kita dengan
Allah-lah masalahnya.

Golongan kedua adalah rumah tangga yang paling banyak
produktifitas kebaikannya. Rumah tangga yang akan rugi
adalah rumah tangga yang kurang amal. Jangan capai
memikirkan apa yang kita inginkan, tapi pikirkan apa
yang bisa kita lakukan. Pikiran kita harusnya hanya
memikirkan dua hal yakni bagaimana hati ini bisa
bersih, tulus, dan bening sehingga melakukan apapun
ikhlas dan yang kedua teruslah tingkatkan kekuatan
untuk terus berbuat. Pikiran itu bukan mengacu pada
mencari uang tetapi bagaimana menyedekahkan uang
tersebut, menolong, dan membahagiakan orang dengan
senyum. Sehingga dimanapun
kita berada bagai pancaran matahari yang menerangi
yang gelap, menuai bibit, menyemarakkan suasana.
Sesudah itu serahkan kepada Allah. Setiap kita
memungut sampah demi Allah itu akan dibalas oleh
Allah.

Rekan-rekan Sekalian, Mari kita ubah paradigmanya.
Rumah tangga yang paling beruntung adalah rumah tangga
yang paling banyak produktifitas kebaikannya. Uang
yang paling barokah adalah uang yang paling tinggi
produktifitasnya, bukan senang melihat uang kita
tercatat di deposito atau tabungan. Uang sebaiknya ditaruh di BMT.
Yang terjadi adalah multiefek bagi pihak lain, hal ini
menjadikan uang kita barokah. Daripada uang kita
disimpan di Bank kemudian Banknya bangkrut, disimpan
di kolong kasur takut dirampok.

Kaya boleh asal produktif. Boleh mempunyai rumah
banyak asal diniatkan agar barokah demi Allah itu akan
beruntung. Beli tanah
seluas-luasnya. Sebagian diwakafkan,  kemudian
dibangun masjid. Pahala akan mengalir untuk kita
sampai Yaumil Hisab. Makanya terus cari uang bukan
untuk memperkaya diri tapi mendistribusikan untuk
ummat. Sedekah itu tidak akan mengurangi harta kita
kecuali bertambah. Jadi
pikiran kita bukan akan mendapat apa kita? tapi akan
berbuat apa kita?. Apakah hari ini saya sudah menolong
orang, sudahkah senyum, berapa orang yang saya sapa,
berapa orang yang saya bantu?

Makin banyak menuntut makin capai. Makin kuat kita
menuntut kalau Allah tidak mengijinkan maka tidak akan
terwujud. Kita minta dihormati, malah Allah akan
memperlihatkan kekurangan kita. Kita
malah akan dicaci, hasilnya sakit hati. Orang yang
beruntung, setiap waktu pikirannya produktif mengenai
kebaikan. Selagi hidup lakukanlah, sesudah mati kita
tidak akan bisa. Kalau sudah berbuat
nanti Allah yang akan memberi, itulah namanya rezeki.
Orang yang beruntung adalah orang yang paling
produktif kebaikannya.

Yang ketiga rumah tangga atau manusia yang beruntung
itu adalah pikirannya setiap hari memikirkan bagaimana
ia bisa menjadi nasihat dalam kebenaran dan kesabaran
dan ia pecinta nasihat dalam kebenaran
dan kesabaran. Setiap hari carilah input nasihat
kemana-mana. Kata-kata yang paling bagus yang kita
katakan adalah meminta saran dan nasihat. Ayah meminta
nasihat kepada anak, niscaya tidak akan
kehilangan wibawa. Begitu pula seorangatasan di
kantor.

Kita harus berusaha setiap hari mendapatkan informasi
dan koreksi dari pihak luar, kita tidak akan bisa
menjadi penasihat yang baik sebelum ia menjadi orang yang bis dinasihati. Tidak
akan bisa kita memberi nasihat jika kita tidak bisamenerima nasihat.
Jangan pernah membantah, makin sibuk membela diri makin jelas
kelemahan kita. Alasan adalah kelemahan kita. Cara
menjawab kritikan adalah evaluasi dan perbaikan diri.
Mungkin membutuhkan waktu sebulan bahkan setahun.
Nikmatilah nasihat sebagai rezeki dan bukti kesuksesan
hidup. Sayang hidup hanya sekali dan sebentar hanya
untuk menipu diri. Merasa keren di dunia tetapi hina
dihadapan Allah. Merasa pinter padahal bodoh dalam
pandangan Allah.

Mudah-mudahan kita bisa menerapkan tiga hal diatas.
Setiap waktu berlalu tambahlah ilmu agar iman
meningkat, setiap waktu isi dengan menambah amal.
Alhamdulillah.*** (manajemenqalbu.com)