Senin, 06 Agustus 2012
ZIKIR: JALAN UNTUK MERAIH CINTA ILAHI
Oleh: Muhammad Arifin Ilham
Ajaran Islam paling dasar dan paling penting tersurat dan tersirat dalam kalimat syahadat: Laa ilaaha illallaah, yang berarti "tidak ada Tuhan selain Allah." Kalimat tauhid ini merupakan pengakuan keimanan seorang hamba kepada Sang Pencipta, yang diimplementasikan dalam berbagai macam bentuk ketaatan kepada-Nya. Taat menjalankan perintah-Nya dan taat untuk menjauhi larangan-Nya. Hikmah ketaatan dengan demikian adalah terus-menerus mengingat-Nya.
Al-Qur'an secara tegas menyatakan bahwa, "Hai orang-orang yang beriman! Berzikirlah dan ingatlah nama Allah dengan zikir sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang." (al-Ahzaab: 41-42). Makna ketaatan sesungguhnya terletak pada makna kalimat 'Mengingat Allah', yaitu apa saja yang tidak bisa dilupakan dalam keadaan bagaimana pun. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat, "(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk dan dalam keadaan berbaring,…" (aali-'Imraan: 191). Ibnu 'Abbas ra menjelaskan ayat tersebut bermakna, "Mengingat Allah diperintahkan dalam setiap keadaan, siang dan malam hari, di darat dan di lautan, selama dalam perjalanan, di saat dalam kelapangan dan kesempitan, di saat sakit dan sehat, secara lahiriah dan batiniah."
Manfaat penting yang dapat diperoleh dari kegiatan "mengingat Allah" adalah, janji Allah berupa ampunan dan pahala yang besar, sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan -yang banyak menyebut Allah, Allah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (al-Ahzaab: 35).
Oleh karena itu, seorang Mukmin tak akan menyia-nyiakan kehidupannya di dunia untuk melakukan hal-hal yang tak ada kaitannya dengan kegiatan mengingat Allah. Hasan al-Bashry pernah berkata, "Carilah kegembiraan dalam tiga hal: shalat, mengingat Allah (zikir), dan membaca Al-Qur'an. Jika engkau tak melakukannya, ketahuilah bahwa engkau adalah budak belenggu dunia. Hanya saja, jelas bahwa hal-hal ini bukanlah tiga jumlahnya, melainkan satu: sebab shalat dan membaca Al-Qur'an merupakan zikir. Kemudian, zikir adalah nama Al-Qur'an itu sendiri (yakni, adz-dzikr), dan shalat dimaksudkan untuk mengingat Allah: "…dan tegakkanlah shalat untuk mengingat-Ku." (Thaahaa: 14).
Tak heran bila obyek segenap ibadah seorang Muslim adalah mengingat Allah. Ruh doa misalnya adalah mengingat Allah. Tujuan shaum ialah menghancurkan keakuan, hawa nafsu dan syahwat yang bersemayam di dalam hati, sebab jika hati telah dibersihkan dari kotorannya, maka ia akan dipenuhi dengan mengingat Allah. Ibadah haji dilakukan dengan mengasingkan diri dari semua kesibukan duniawi, dan meluangkan waktu untuk melulu menyibukkan diri dengan mengingat Allah. Hikmah beribadah haji adalah menuntaskan kerinduan untuk berjumpa dengan-Nya
Ketika cahaya dari hasil mengingat-Nya masuk menembus hati, maka hati pun menjadi kosong dari kesedihan dan kedukaan dunia, hati akan dipenuhi dengan kecintaan hanya kepada Allah semata. Cahaya dari mengingat-Nya akan mengubah hati menjadi lampu yang bersinar terang, jiwanya senantiasa bernafsu muthma'innah, dan ibadahnya tentu saja tu'maninah. Dengan demikian jelas pula bagi kita bahwa tujuan zikir bukanlah sekedar mengingat saja. Zikir sejatinya bertujuan menanamkan kecintaan pada Dzat yang selalu disebut-sebut, agar pengetahuan tentang-Nya dan kecintaan pada-Nya dapat dikembangkan sehingga kedekatan-Nya dapat tercapai.
Dengan zikir, hati ini akan dipenuhi cinta pada Allah, hingga tak ada lagi tempat yang tersisa bagi yang lainnya; hubungan cinta dengan segala sesuatunya pun terputus dan yang tersisa hanyalah kecintaan pada Allah. Cinta kita kepada Rasulullah Saw, keluarganya dan para sahabatnya, mustahil akan tumbuh jika tak dibarengi dengan cinta kepada Allah. Dan cinta yang benar serta yang diridhai Allah kepada anak, istri dan keluarga adalah cinta yang tumbuh karena kecintaan kita kepada Allah. Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengatakan, bahwa "Barangsiapa yang menolak untuk mencintai, berzikir kepada Allah, serta tidak merindukan pertemuan dengan-Nya, maka dia akan mendapatkan kecelakaan dari kecintaannya kepada yang selain Allah itu. Ia akan mendapatkan azab, baik di dunia, di alam barzakh maupun di akhirat kelak. Mungkin saja ia diazab karena mencintai patung, atau mencintai salib, atau lebih mencintai wanita, atau lebih mencintai saudara serta keluarganya, yang sebenarnya merupakan kecintaan yang amat hina dan rendah, dibandingkan dengan kecintaan terhadap Allah."
Orang yang sibuk mengingat Allah, adalah orang yang menafikan segala bentuk ketaatan kepada mahluk. Dengan pedang Laa ilaaha illallaah, ia menafikan segala macam pikiran yang sesat, ia menolak segala bentuk penyembahan kepada yang selain Allah. Para pezikir adalah orang yang mampu melepas keterikatan dirinya dari segala sesuatu selain Allah, ia mampu mengosongkan hati dari kecintaan kepada dunia serta mampu menghilangkan segenap pikiran buruk dan tidak baik.
Sedangkan orang yang lupa (berzikir) kepada Allah adalah orang yang lupa kepada dirinya. Al-Qur'an menyatakan: "Dan janganlah kamu seperti orang yang melupakan Allah, lalu Allah pun membuat mereka melupakan diri mereka sendiri. Mereka itu orang-orang yang fasik." (al-Hasyr: 19). Dalam pengertian spiritual, orang yang melupakan diri sendiri adalah orang yang telah tersesat. Al-Qur'an menyatakan: "Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingat (Allah) yang Maha Pengasih, niscaya Kami sertakan syaitan atasnya, maka ia adalah teman baginya (selalu menyertainya)." (az-Zukhruf: 36).
Dan hanya orang Mukminlah yang terus-menerus mengingat Allah di dalam setiap denyut nadinya. Ia sadar bahwa dengan berzikir ia mengharapkan Allah dapat menanamkan di dalam hatinya rasa cinta kepada-Nya. Ia sadar bahwa Allah hanya berlaku diskriminatif dalam urusan agama dan cinta-Nya saja. Allah hanya akan mencintai orang yang mencintai-Nya. Allah memberikan kasih-sayang-Nya, tetapi tidak cinta-Nya kepada setiap insan. Saudaraku, jadikanlah zikir menjadi jalan untuk meraih cinta-Nya. Orang yang jatuh cinta adalah hamba yang mengabaikan dirinya, selalu menyebut-nyebut nama Rabb-nya, melaksanakan hak-hak-Nya, memandang-Nya dengan hati, membakar hati dengan cahaya kehedak-Nya, jika bicara selalu menyertakan Allah, jika berucap dari Allah, jika bergerak menurut perintah Allah, jika diam bersama Allah, dia dengan Allah, milik Allah dan bersama Allah!
_____________________________
Semoga artikel dari ustadz Arifin Ilham di atas bermanfaat untuk kita semua, amien.