Senin, 11 Agustus 2014

Pesantren, Aku Titipkan Anakku

Lagi-lagi Ustadz Yusuf Mansur mengajak kami pengurus Daarul Qur'an untuk punya mimpi besar, bahkan sangat besar. Alhamdulillah mimpi membangun Pesantren Daarul Qur'an terwujud di Tangerang, Cikarang, Lampung dan Semarang serta menjamurnya Rumah-rumah Tahfidz di pelosok negeri ini yang diawali dengan pesantren yang fasilitasnya serba pinjam.

Beberapa waktu lalu, Ustadz Yusuf Mansur kembali mengajak diskusi saya bersama Ustadz Jameel dan Mas Tarmizi untuk membuat "Dream" lagi yaitu Daarul Qur'an merencanakan mendirikan 100 pesantren baru. Subhanallah. Tentu kami kaget, pesantren kita sekarang ada di 4 titik, kalau mau naik 100% maka kita buat 4 lagi. Tapi itulah membangun mimpi, Ustadz Yusuf Mansur selalu membuat mimpi setinggi langit. Energi memikirkan mimpi besar dan kecil sama saja, doanya juga sekalian, katanya. Bersama Allah; Dream, Pray and Action insya Allah akan dimudahkan.

Seiring mimpi itu, saat ini telah ada sekitar 5 lokasi baru untuk membangun pesantren Daarul Qur'an. Maka masih ada 95 titik lagi kami membutuhkan tanah wakaf/hibah masing-masing seluas sekitar 2 sd 5 ha untuk membangun pesantren baru.

Kenapa 100? Ini mimpi besar dan tentu menjadi cita-cita bersama bagaimana Daqu beserta jamaah semua berikhtiar melahirkan generasi penerus bangsa dan dunia yang saleh dan berkarakter Qur'ani serta berjiwa entrepreneur dalam membangun peradaban Islam masa depan. Itu sesuai dengan visi Pesantren Daarul Qur'an.

Membangun 100 pesantren? Gimana caranya? Daqu akan segera membuka pendaftaran indent untuk tahun ajaran 2018 di titik pesantren baru yang akan dibangun. Dana pendaftaran masuk dari calon wali santri dan dari donatur akan diperuntukkan membangunan Pesantren Daarul Qur'an.

Catatkan niat untuk menjadikan anak kita sebagai ahlul Qur'an dengan mendaftarkan diri menjadi santri indent, bahkan yang masih dalam kandunganpun boleh didaftarkan.

Kan masih lama?

Maka, sebelum anak lahirpun, Bapak/Ibu telah berniat menjadikan putra-putrinya sebagai penghafal Al-Qur'an. Dengan begitu insya Allah pahala pun akan mengalir mengiring pertumbuhan anak hingga saatnya nanti masuk pesantren.

Waktu saya berharap anak saya Muhammad Fatih biar mau masuk pesantren memang butuh energi bahkan strategi, tentu tak ketinggalan sesuatu yg sangat penting yaitu doa dan harapan kepada Allah. Hari pertama tinggal di pesantren, Fatih nggak berhenti-berhentinya nelpon; "Pa, Papa ke sini lagi, jemput Fatih, Fatih pengen pulang." Padahal, kita yang nganterin belum nyampe rumah. Tapi di hari ketiga sudah mulai berubah, kartu laundry yang disiapkan sama mamanya ternyata nggak dipakai. Di ujung telpon Fatih bilang, "Ma, Fatih nggak ngelaundry, Fatih nyuci sendiri.'' Subhanallah, kalimat itu membuat saya dan istri meneteskan air mata haru. Itulah pengalaman hidup tak terlupakan.

Ada pesan sederhana dari Bu Nyai pesantren sebelum kami pulang. "Anak dan Ibu itu seperti TV dan
antena. Kalau antenanya rusak maka TV nya akan masalah, maka tugas ibu ngedoain yang baik, jangan diomongin, jangan dikangenin biar TV nya nggak bermasalah,'' tutur beliau yang sudah puluhan tahun berpengalaman.

Di sisi lain, banyak orangtua yang menakut-nakuti anaknya masuk pesantren; "Kalau nakal nanti dipesantrenin lho." Akibat demonisasi ini, banyak generasi belia Muslim ogah masuk pesantren. Padahal pesantren adalah sebuah tempat penggemblengan mental dan spiritual, dengan segala resikonya dalam belajar dan membuka cakrawala dunia; Kesederhanaan, kreativitas, menjemen waktu, ketaatan, kesungguhan, ketangguhan, dan lain-lain nilai positif kejuangan diajarkan di pesantren.

Pesantren menyiapkan generasi masa depan yang akan mampu bertarung dalam urusan dunianya namun tidak melupakan Tuhannya. Banyak orangtua yang tidak menyiapkan anak-anak mereka mengenal Tuhannya, tidak mengenalkan masa depan sesungguhnya yaitu akherat. Meraka lebih konsen menyiapakn anak-anaknya untuk sukses dunia (kekayaan, kemasyhuran, derajat sosial). Tidak salah orangtua menyiapkan anaknya jadi jago matematika, fisika, IT, arsitek, manajemen, dll. Namun jangan sampai terlupakan anak-anak kita adalah investasi berharga dalam keluarga untuk masa depan nan abadi.

Apakah kita sudah menyiapkan anak-anak kita menjadi anak-anak soleh yang bisa mendoakan orangtuanya? Karena doa dan amal soleh anak sholeh pahalanya akan mengalir ke orangtuanya yang sudah beralamat di alam kubur. Bahkan anak menjadi penyelamat orangtua di akherat dengan syafa'at hafalan Qur'an-nya.

Maka, seharusnya kita gelisah, ketika anak-anak kita belum mengenal huruf hijaiyyah, belum bisa membaca Al Qur'an, belum bisa berdoa, belum bisa sholat, belum banyak tahu tentang agama, sejak dini.

Semoga ikhtiar menanamkan kecintaan pada pesantren di jiwa anak, dapat menjadi inspirasi bagi orangtua Indonesia yang menyadari bahwa anak adalah investasi menuju surga.

http://www.pppa.or.id/modul.php?content=artikel&idb=49&totitle=Pesantren,%20Aku%20Titipkan%20Anakku