Berdoa Di Waktu Yang Tepat
Diantara usaha yang bisa kita
upayakan agar doa kita dikabulkan oleh Allah Ta’ala adalah dengan
memanfaatkan waktu-waktu tertentu yang dijanjikan oleh Allah bahwa doa ketika
waktu-waktu tersebut dikabulkan. Diantara waktu-waktu tersebut adalah:
1. Ketika sahur atau
sepertiga malam terakhir
Allah Ta’ala mencintai
hamba-Nya yang berdoa disepertiga malam yang terakhir. Allah Ta’ala
berfirman tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa, salah satunya:
وَبِالْأَسْحَارِ
هُمْ يَسْتَغْفِرُون
“Ketika waktu sahur (akhir-akhir
malam), mereka berdoa memohon ampunan” (QS. Adz Dzariyat: 18)
Sepertiga malam yang paling akhir
adalah waktu yang penuh berkah, sebab pada saat itu Rabb kita Subhanahu Wa
Ta’ala turun ke langit dunia dan mengabulkan setiap doa hamba-Nya yang
berdoa ketika itu. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
ينزل
ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا ، حين يبقى ثلث الليل الآخر، يقول :
من يدعوني فأستجيب له ، من يسألني فأعطيه ، من يستغفرني فأغفر له
“Rabb kita turun ke langit dunia
pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman:
‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan, orang yang meminta sesuatu
kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Kuampuni‘”
(HR. Bukhari no.1145, Muslim no. 758)
Namun perlu dicatat, sifat ‘turun’
dalam hadits ini jangan sampai membuat kita membayangkan Allah Ta’ala
turun sebagaimana manusia turun dari suatu tempat ke tempat lain. Karena tentu
berbeda. Yang penting kita mengimani bahwa Allah Ta’ala turun ke langit
dunia, karena yang berkata demikian adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam diberi julukan Ash shadiqul Mashduq (orang jujur yang
diotentikasi kebenarannya oleh Allah), tanpa perlu mempertanyakan dan
membayangkan bagaimana caranya.
Dari hadits ini jelas bahwa
sepertiga malam yang akhir adalah waktu yang dianjurkan untuk memperbanyak
berdoa. Lebih lagi di bulan Ramadhan, bangun di sepertiga malam akhir
bukanlah hal yang berat lagi karena bersamaan dengan waktu makan sahur. Oleh
karena itu, manfaatkanlah sebaik-baiknya waktu tersebut untuk berdoa.
2. Ketika berbuka puasa
Waktu berbuka puasa pun merupakan
waktu yang penuh keberkahan, karena diwaktu ini manusia merasakan salah satu
kebahagiaan ibadah puasa, yaitu diperbolehkannya makan dan minum setelah
seharian menahannya, sebagaimana hadits:
للصائم
فرحتان : فرحة عند فطره و فرحة عند لقاء ربه
“Orang yang berpuasa memiliki 2
kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka puasa dan kebahagiaan ketika bertemu
dengan Rabb-Nya kelak” (HR. Muslim, no.1151)
Keberkahan lain di waktu berbuka
puasa adalah dikabulkannya doa orang yang telah berpuasa, sebagaimana
sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
ثلاث
لا ترد دعوتهم الصائم حتى يفطر والإمام العادل و المظلوم
‘”Ada tiga doa yang tidak
tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil
dan doanya orang yang terzhalimi” (HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu Majah
no.1752, Ibnu Hibban no.2405, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi)
Oleh karena itu, jangan lewatkan
kesempatan baik ini untuk memohon apa saja yang termasuk kebaikan dunia dan
kebaikan akhirat. Namun perlu diketahui, terdapat doa yang dianjurkan untuk
diucapkan ketika berbuka puasa, yaitu doa berbuka puasa. Sebagaimana
hadits
كان
رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن
شاء الله
“Biasanya Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka puasa membaca doa:
ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر
إن شاء الله
/Dzahabaz zhamaa-u wabtalatil ‘uruqu
wa tsabatal ajru insyaa Allah/
(‘Rasa haus telah hilang,
kerongkongan telah basah, semoga pahala didapatkan. Insya Allah’)” (HR. Abu Daud no.2357, Ad Daruquthni 2/401, dihasankan
oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/232)
Adapun doa yang tersebar di
masyarakat dengan lafazh berikut:
اللهم
لك صمت و بك امنت و على رزقك افطرت برحمتك يا ارحم الراحمين
adalah hadits palsu, atau
dengan kata lain, ini bukanlah hadits. Tidak terdapat di kitab hadits manapun.
Sehingga kita tidak boleh meyakini doa ini sebagai hadits Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam.
Oleh karena itu, doa dengan lafazh
ini dihukumi sama seperti ucapan orang biasa seperti saya dan anda. Sama
kedudukannya seperti kita berdoa dengan kata-kata sendiri. Sehingga doa ini
tidak boleh dipopulerkan apalagi dipatenkan sebagai doa berbuka puasa.
Memang ada hadits tentang doa
berbuka puasa
dengan lafazh yang mirip dengan doa tersebut, semisal:
كان
رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال : اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت فتقبل
مني إنك أنت السميع العليم
“Biasanya Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka membaca doa: Allahumma laka
shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu fataqabbal minni, innaka antas samii’ul ‘aliim”
Dalam Al Futuhat Ar Rabbaniyyah
(4/341), dinukil perkataan Ibnu Hajar Al Asqalani: “Hadits ini gharib,
dan sanadnya lemah sekali”. Hadits ini juga di-dhaif-kan oleh Al Albani
di Dhaif Al Jami’ (4350). Atau doa-doa yang lafazh-nya semisal hadits
ini semuanya berkisar antara hadits dhaif atau munkar.
3. Ketika malam lailatul
qadar
Malam lailatul qadar adalah
malam diturunkannya Al Qur’an. Malam ini lebih utama dari 1000 bulan.
Sebagaimana firmanAllah Ta’ala:
لَيْلَةُ
الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam Lailatul Qadr lebih baik
dari 1000 bulan” (QS. Al Qadr: 3)
Pada malam ini dianjurkan
memperbanyak ibadah termasuk memperbanyak doa. Sebagaimana yang diceritakan
oleh Ummul Mu’minin Aisyah Radhiallahu’anha:
قلت
يا رسول الله أرأيت إن علمت أي ليلة ليلة القدر ما أقول فيها قال قولي اللهم إنك
عفو كريم تحب العفو فاعف عني
“Aku bertanya kepada Rasulullah:
Wahai Rasulullah, menurutmu apa yang sebaiknya aku ucapkan jika aku menemukan
malam Lailatul Qadar? Beliau bersabda: Berdoalah:
اللهم
إنك عفو تحب العفو فاعف عني
Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul
‘afwa fa’fu ‘anni ['Ya Allah, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan
menyukai sifat pemaaf, maka ampunilah aku'']”(HR. Tirmidzi, 3513, Ibnu
Majah, 3119, At Tirmidzi berkata: “Hasan Shahih”)
Pada hadits ini Ummul Mu’minin
‘Aisyah Radhiallahu’anha meminta diajarkan ucapan yang sebaiknya
diamalkan ketika malam Lailatul Qadar. Namun ternyata Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam mengajarkan lafadz doa. Ini menunjukkan bahwa pada malam Lailatul
Qadar dianjurkan memperbanyak doa, terutama dengan lafadz yang diajarkan
tersebut.
4. Ketika adzan
berkumandang
Selain dianjurkan untuk menjawab
adzan dengan lafazh yang sama, saat adzan dikumandangkan pun termasuk waktu
yang mustajab untuk berdoa. Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
ثنتان
لا تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا
“Doa tidak tertolak pada dua
waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan
berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang”
(HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369,
berkata: “Hasan Shahih”)
5. Di antara adzan dan
iqamah
Waktu jeda antara adzan dan iqamah
adalah juga merupakan waktu yang dianjurkan untuk berdoa, berdasarkan sabda
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
الدعاء
لا يرد بين الأذان والإقامة
“Doa di antara adzan dan iqamah
tidak tertolak” (HR. Tirmidzi, 212, ia berkata: “Hasan Shahih”)
Dengan demikian jelaslah bahwa
amalan yang dianjurkan antara adzan dan iqamah adalah berdoa, bukan shalawatan,
atau membaca murattal dengan suara keras, misalnya dengan menggunakan
mikrofon. Selain tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam, amalan-amalan tersebut dapat mengganggu orang yang berdzikir atau
sedang shalat sunnah.
Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
لا
إن كلكم مناج ربه فلا يؤذين بعضكم بعضا ولا يرفع بعضكم على بعض في القراءة أو قال
في الصلاة
“Ketahuilah, kalian semua sedang
bermunajat kepada Allah, maka janganlah saling mengganggu satu sama lain.
Janganlah kalian mengeraskan suara dalam membaca Al Qur’an,’ atau beliau
berkata, ‘Dalam shalat’,” (HR. Abu Daud no.1332, Ahmad, 430, dishahihkan
oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Nata-ijul Afkar, 2/16).
Selain itu, orang yang shalawatan
atau membaca Al Qur’an dengan suara keras di waktu jeda ini, telah
meninggalkan amalan yang di anjurkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam, yaitu berdoa. Padahal ini adalah kesempatan yang bagus untuk
memohon kepada Allah segala sesuatu yang ia inginkan. Sungguh merugi jika ia
melewatkannya.
6. Ketika sedang sujud
dalam shalat
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
أقرب
ما يكون العبد من ربه وهو ساجد . فأكثروا الدعا
“Seorang hamba berada paling
dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia sedang bersujud. Maka perbanyaklah berdoa
ketika itu” (HR. Muslim, no.482)
7. Ketika sebelum salam
pada shalat wajib
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
قيل
يا رسول الله صلى الله عليه وسلم أي الدعاء أسمع قال جوف الليل الآخر ودبر الصلوات
المكتوبات
“Ada yang bertanya: Wahai
Rasulullah, kapan doa kita didengar oleh Allah? Beliau bersabda: “Diakhir malam
dan diakhir shalat wajib” (HR. Tirmidzi, 3499)
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Zaadul
Ma’ad (1/305) menjelaskan bahwa yang dimaksud ‘akhir shalat wajib’ adalah
sebelum salam. Dan tidak terdapat riwayat bahwa Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam dan para sahabat merutinkan berdoa meminta sesuatu setelah salam
pada shalat wajib. Ahli fiqih masa kini, Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah
berkata: “Apakah berdoa setelah shalat itu disyariatkan atau tidak? Jawabannya:
tidak disyariatkan. Karena Allah Ta’ala berfirman:
فَإِذَا
قَضَيْتُمُ الصَّلاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ
“Jika engkau selesai shalat,
berdzikirlah” (QS. An Nisa: 103). Allah berfirman ‘berdzikirlah’, bukan
‘berdoalah’. Maka setelah shalat bukanlah waktu untuk berdoa, melainkan sebelum
salam” (Fatawa Ibnu Utsaimin, 15/216).
Namun sungguh disayangkan kebanyakan
kaum muslimin merutinkan berdoa meminta sesuatu setelah salam pada shalat wajib
yang sebenarnya tidak disyariatkan, kemudian justru meninggalkan waktu-waktu
mustajab yang disyariatkan yaitu diantara adzan dan iqamah, ketika
adzan, ketika sujud dan sebelum salam.
8. Di hari Jum’at
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda,
أن
رسول الله صلى الله عليه وسلم ذكر يوم الجمعة ، فقال : فيه ساعة ، لا يوافقها عبد
مسلم ، وهو قائم يصلي ، يسأل الله تعالى شيئا ، إلا أعطاه إياه . وأشار بيده
يقللها
“Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam menyebutkan tentang hari Jumat kemudian beliau bersabda: ‘Di
dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan
apa yang ia minta’. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang
sebentarnya waktu tersebut” (HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu
Hurairah Radhiallahu’anhu)
Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul
Baari ketika menjelaskan hadits ini beliau menyebutkan 42 pendapat ulama
tentang waktu yang dimaksud. Namun secara umum terdapat 4 pendapat yang kuat.
Pendapat pertama, yaitu waktu sejak imam naik mimbar sampai selesai shalat
Jum’at, berdasarkan hadits:
هي
ما بين أن يجلس الإمام إلى أن تقضى الصلاة
“Waktu tersebut adalah ketika
imam naik mimbar sampai shalat Jum’at selesai” (HR. Muslim, 853 dari
sahabat Abu Musa Al Asy’ari Radhiallahu’anhu).
Pendapat ini dipilih oleh Imam
Muslim, An Nawawi, Al Qurthubi, Ibnul Arabi dan Al Baihaqi.
Pendapat kedua, yaitu setelah ashar sampai terbenamnya matahari.
Berdasarkan hadits:
يوم
الجمعة ثنتا عشرة يريد ساعة لا يوجد مسلم يسأل الله عز وجل شيئا إلا أتاه الله عز
وجل فالتمسوها آخر ساعة بعد العصر
“Dalam 12 jam hari Jum’at ada
satu waktu, jika seorang muslim meminta sesuatu kepada Allah Azza Wa Jalla
pasti akan dikabulkan. Carilah waktu itu di waktu setelah ashar” (HR. Abu
Daud, no.1048 dari sahabat Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu.
Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud). Pendapat ini dipilih oleh At
Tirmidzi, dan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. Pendapat ini yang lebih masyhur
dikalangan para ulama.
Pendapat ketiga, yaitu setelah ashar, namun diakhir-akhir hari Jum’at.
Pendapat ini didasari oleh riwayat dari Abi Salamah. Ishaq bin Rahawaih, At
Thurthusi, Ibnul Zamlakani menguatkan pendapat ini.
Pendapat keempat, yang juga dikuatkan oleh Ibnu Hajar sendiri, yaitu
menggabungkan semua pendapat yang ada. Ibnu ‘Abdil Barr berkata: “Dianjurkan
untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa pada dua waktu yang disebutkan”. Dengan
demikian seseorang akan lebih memperbanyak doanya di hari Jum’at tidak pada
beberapa waktu tertentu saja. Pendapat ini dipilih oleh Imam Ahmad bin Hambal,
Ibnu ‘Abdil Barr.
9. Ketika turun hujan
Hujan adalah nikmat Allah Ta’ala.
Oleh karena itu tidak boleh mencelanya. Sebagian orang merasa jengkel dengan
turunnya hujan, padahal yang menurunkan hujan tidak lain adalah Allah Ta’ala.
Oleh karena itu, daripada tenggelam dalam rasa jengkel lebih baik memanfaatkan
waktu hujan untuk berdoa memohon apa yang diinginkan kepada Allah Ta’ala:
ثنتان
ما تردان : الدعاء عند النداء ، و تحت المطر
“Doa tidak tertolak pada 2 waktu,
yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan turun” (HR Al Hakim, 2534,
dishahihkan Al Albani di Shahih Al Jami’, 3078)
10. Hari Rabu antara
Dzuhur dan Ashar
Sunnah ini belum diketahui oleh
kebanyakan kaum muslimin, yaitu dikabulkannya doa diantara shalat Zhuhur dan
Ashar dihari Rabu. Ini diceritakan oleh Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu:
أن
النبي صلى الله عليه وسلم دعا في مسجد الفتح ثلاثا يوم الاثنين، ويوم الثلاثاء،
ويوم الأربعاء، فاستُجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين فعُرِفَ البِشْرُ في وجهه
قال جابر: فلم ينزل بي أمر مهمٌّ غليظ إِلاّ توخَّيْتُ تلك الساعة فأدعو فيها فأعرف الإجابة
قال جابر: فلم ينزل بي أمر مهمٌّ غليظ إِلاّ توخَّيْتُ تلك الساعة فأدعو فيها فأعرف الإجابة
“Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam
berdoa di Masjid Al Fath 3 kali, yaitu hari Senin, Selasa dan Rabu. Pada hari
Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu diantara dua shalat. Ini diketahui dari
kegembiraan di wajah beliau. Berkata Jabir : ‘Tidaklah suatu perkara penting
yang berat pada saya kecuali saya memilih waktu ini untuk berdoa,dan saya
mendapati dikabulkannya doa saya‘”
Dalam riwayat lain:
فاستجيب
له يوم الأربعاء بين الصلاتين الظهر والعصر
“Pada hari Rabu lah doanya
dikabulkan, yaitu di antara shalat Zhuhur dan Ashar” (HR. Ahmad, no.
14603, Al Haitsami dalam Majma Az Zawaid, 4/15, berkata: “Semua
perawinya tsiqah”, juga dishahihkan Al Albani di Shahih At Targhib,
1185)
11. Ketika Hari Arafah
Hari Arafah adalah hari ketika para
jama’ah haji melakukan wukuf di Arafah, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari
tersebut dianjurkan memperbanyak doa, baik bagi jama’ah haji maupun bagi
seluruh kaum muslimin yang tidak sedang menunaikan ibadah haji.
Sebab Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
خير
الدعاء دعاء يوم عرفة
“Doa yang terbaik adalah doa
ketika hari Arafah” (HR. At Tirmidzi, 3585. Di shahihkan Al Albani dalam Shahih
At Tirmidzi)
12. Ketika Perang
Berkecamuk
Salah satu keutamaan pergi ke medan
perang dalam rangka berjihad di jalan Allah adalah doa dari orang yang
berperang di jalan Allah ketika perang sedang berkecamuk, diijabah oleh Allah
Ta’ala. Dalilnya adalah hadits yang sudah disebutkan di atas:
ثنتان
لا تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا
“Doa tidak tertolak pada dua
waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan
berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang”
(HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”)
13. Ketika Meminum Air
Zam-zam
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
ماء
زمزم لما شرب له
“Khasiat Air Zam-zam itu sesuai
niat peminumnya” (HR. Ibnu Majah, 2/1018. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih
Ibni Majah, 2502)
Demikian uraian mengenai waktu-waktu
yang paling dianjurkan untuk berdoa. Mudah-mudahan Allah Ta’ala mengabulkan
doa-doa kita dan menerima amal ibadah kita.
Amiin Ya Mujiibas Sa’iliin.
Penulis: Yulian Purnama
Artikel www.muslim.or.id