Minggu, 04 Juni 2017

NHW#3 Membangun Peradaban dari dalam rumah

MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH

Jikalau rumah adalah sumber peradaban, dimana keluarga merupakan pondasi utama peradaban dibangun. Maka sudah sepatutnya kita memperhatikan keluarga dengan sebaik baiknya. Keluarga merupakan institusi terkecil dimana terdiri dari ayah, ibu dan anak. Masing masing anggota keluarga tersebut pastinya memiliki peran yang teramat penting, atau spesifik, kalau pada materi institut ibu peradaban bahwa setiap anggota keluarga itu memiliki peran yang sudah digariskan oleh Allah SWT Sang Pencipta sesuai dengan Kehendak-Nya. Jadi luar biasa bukan, misi seseorang itu dilahirkan ke dunia ini, bertemu jodoh dengan siapa itu juga ada maksud dan tujuannya sesuai dengan Sang Maha Pencipta. Tinggal kita sebagai makhluk Tuhan, mampu menangkap kehendak Tuhan dengan potensi yang diberikan, kemudian dikembangkan sesuai dengan akal pikiran yang diberikan Tuhan.

A. Aliran rasa untuk tugas membuat surat cinta kepada pasangan.
Jika diminta membuat surat cinta kepada pasangan menggunakan kertas surat dan ditulis tangan, he he sebelumnya saya belum pernah melakukan. Secara jaman internet sekarang ini, yang namanya pegang kertas dan pulpen sudah jarang. Semua pesan dilakukan seringnya lewat media elektronik, pesan singkat, kirim surat, kirim kabar menggunakan media sosial. Kembali ke menulis surat cinta pada pasangan, paling nyambung kalau suami tipe romantis kali yeaa.. Kalau tipenya adem ayem aja...rasanya gimana gitu...ditanggapi sepintas lalu...Jadi mewek sendiri...Secara kalau pesan atau kirim surat biasa juga cuma dibalas icon smile di whatsapp...jadinya tidak mengharap tinggi tinggi responnya seperti apa. Pada dasarnya, pasangan kita merupakan pasangan yang ketika bertemu sudah digariskan Tuhan dengan potensi sesuai dengan keadaan kita. Pasangan kita punya kelebihan dan potensi yang sudah dipilih untuk menyeimbangkan hidup kita. Yang kedepannya dapat mengantarkan anak anak untuk dapat mencapai kesuksesan hidupnya baik didunia maupun di akhirat. Memiliki pasangan sebagai seorang pendidik, ini merupakan potensi yang luar biasa. Dengan pengalamannya sebagai pendidik bertahun tahun sebelum kami menikah, itu sudah cukup menenangkan hati, pasangan kita mampu menjadi partner mengantarkan anak anak ke arah lebih baik.

B. Memiliki keturunan merupakan anugerah tersendiri yang harus di syukuri. Sekian tahun menikah, dan dikaruniai putra tentunya sangat menggembirakan buat kami. Ketika tahun lalu diberi kesempatan untuk memiliki anak, tentu juga ini dirasakan sebagai amanah yang besar yang dititipkan kepada kami sebagai orang tua. Sekali lagi setiap anak tidak pesan akan dilahirkan oleh ibu yang mana, dididik di keluarga mana. Intinya orangtuanya harus sadar jika anak ini punya tugas besar yang diperankan nantinya kelak ketika dewasa. Jadi sudah tanggungjawab orangtua memainkan perannya juga agar sesuai dengan kehendak Tuhan. Melahirkan anak pertama laki laki saat itu tentu bahagia, walaupun dapat anak perempuan juga senang. Akan tetapi sekian tahun menunggu untuk mendapatkan momongan, pasti senangnya melebihi yang lain. Apalagi saat itu semua yang lahir bareng diriku...dapat anak perempuan semua. Ini merupakan tantangan sekaligus potensi bahwa anak yang terlahir dari rahim yang dititipkan oleh Allohumma ini harus dijaga sebaik baiknya dan pastinya punya peran dan makna penting dalam kehidupan.

C. Menengok ke dalam diri kita, kita sebagai seorang ibu, Istri dan individu, juga memiliki peran penting dalam keluarga. Mengapa kita dihadirkan dalam kondisi seperti ini, pasti ada maksud nya. Ditakdirkan sebagai ibu pekerja pasti bukan hal yang mudah. Memiliki anak setelah berkeluarga memiliki tanggung jawab yang lebih, baik dalam pengaturan waktu yang optimal dan berkualitas harus dipikirkan dengan baik.
Walaupun demikian saya sangat bersyukur setidaknya untuk diri sendiri secara ekonomi tidak menyulitkan orang lain. Memiliki pasangan yang tidak always stand by at home, membuat saya harus bisa mandiri memutuskan segala sesuatu. Dan bijak dalam hal keuangan.

D. Melihat lingkungan sekitar keluarga, saya sangat bersyukur sekali. Memiliki orang tua yang masih lengkap hal ini menjadi peneguhan hati saya untuk kondisi saat ini. Mohon maaf saya belum bisa mandiri seutuhnya dan menyerahkan penjagaan anak saya ke asisten rumah tangga. Saya bersyukur orang tua masih mau dititipkan sampai  Saya tiba di rumah. Untuk hal ini kondisi masih demikian, dan saya masih membutuhkannya. Alhamdulillah lingkungan keluarga mendukung. Untuk lingkungan tetangga, sebenarnya dari dulu masih kuliah perpustakaan, ingin sekali punya taman bacaan umum untuk lingkungan sekitar, bisa melalui perpustakaan masjid, maupun perpustakaan rw bekerjasama dengan Posyandu atau PKK. Sejak kecil saya bersyukur berada di lingkungan perumahan yang banyak kegiatan, tinggal kita memilih dan sesuaikan dengan waktu belajar. Dari mulai sekolah diniyah, sebelum atau selepas sekolah negeri, kemudian ada sanggar tari daerah, ada klub karateka INKADO, ada kursus balet anak/aerobik, malamnya ada pengajian khusus anak-anak, les bahasa inggris, les mata pelajaran sekolah...hehe banyak ya. Saya bersyukur sekali dilingkungan yang penuh banyak pilihan kegiatan. Kalau sekarang lebih banyak lagi, tapi biayanya aduhai...jadi mikir, kok orang tua saya dulu bisa ya membebaskan saya ikut apa saja waktu itu yang penting kegiatan yang baik untuk anak dan anaknya suka.