Keberangkatan
jamaah haji gelombang 1 tanggal 2 Oktober 2011 dan mendarat di Madinah.
Setelah mereka menjalankan segala aturan ibadahnya, mereka mulai
menggapai alat komunikasi Handphone. Jamaah yang sudah memiliki kartu
Handphone perdana Arab Saudi yang dibeli di Indonesia. biasanya langsung
mencoba, tapi banyak juga yang sengaja membeli Kartu Perdana di Bandara
Arab Saudi
Penjual Kartu Perdana tersebut orang Indonesia, ada yang dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Jawa Barat dan lain-lain. Mereka adalah TKI yang mengadu nasib di Arab Saudi. Para jamaah umumnya minta full service artinya jamaah menyerahkan handphone untuk dipasangi kartu perdana dan belajar kilta untuk pengecekan pulsa. Setelah itu saling sibuk tukar nomor perdana sesama jamaah dengan Ketua Regu,
Ketua rombongan sampai Ketua Kloter dan Dokter Kloter.
Pasangan suami isteri pun saling menghafal dan mencatat nomor kartu perdana Arab Saudi. Setelah semuanya beres, lalu mencoba kontak ke Tanah Air dengan SMS untuk memberitahukan nomor perdana baru. Sebelum kontak telepon, banyak juga yang menghitung perbedaan waktu Arab Saudi dengan Waktu Indonesia untuk memastikan si penerima telepon bisa menerima secara tepat waktu. Selisih waktu antara Indonesia dengan Arab Saudi sekitar 4 jam.
Bila kita menelpon dari Arab Saudi jam 06.00 pagi, maka si penerima di Indonesia pukul 10.00 pagi. Karena itu, janganlah menelpon jam 22 malam dari Arab Saudi, karena si penerima di Indonsia jam 02.00 pagi disaat nyenyak tidur. Jika di HP kita masih terpasang Perdana dari Indonesia, sebaiknya jangan menerima kontak telepon dari Indonesia, si penerima akan terkena pulsa mahal. Begitu pula kalau kita ingin menelpon atau mengirim SMS dari Arab Saudi ke Indonesia. Jangan menggunakan nomor perdana dari Indonesia, biaya juga mahal. Akan lebih murah kalau jamaah yang ada di Arab Saudi yang mengganti dengan Kartu Perdana setempat.
Ada beberapa jenis handphone yang di Indonesia menggunakan dua kartu perdana, satu diantaranya XL. Maka kartu perdana XL tersebut harus tetap terpasang di Handphone tersebut, untuk mendampingi Kartu Perdana HP Arab Saudi yang kita beli di situ. Jika kartu XL tersebut kita tinggal di Indonesia, Handphone menjadi problem karena tidak mau dipakai bersama kartu perdana Arab Saudi. Akibatnya, Handphone tersebut hanya bisa dipakai dengan Kartu Perdana dari Indonesia. Jika pulsanya habis, tak bisa isi ulang di Arab Saudi, terkecuali keluarga kita di Indonesia yang melakukan isi ulang di Indonesia.
Selama di Tanah Suci, fungsi Handphone amat vital. Suami isteri selalau tak lepas dengan komunikasi dan dampak sampingnya yaitu harus disiplin di dalam mengisi baterai atau men-charge di pemondokan. Dari penga-laman tahun 1431 H – 2010 M yang lalu, hampir di semua tempat jamaah semuanya bisa dikontak dengan Handphone. Walaupun sebenarnya di tempat ibadah di Mekkah maupun Madinah tidak dibenarkan membawa atau menggunakan Handphone, tapi faktanya para jamaah terlihat menelpon ke seluruh dunia, sehingga tak heran bila disetiap ada colokan listrik selalu penuh untuk nyetrum HP (Bagus Wahyono)
Penjual Kartu Perdana tersebut orang Indonesia, ada yang dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Jawa Barat dan lain-lain. Mereka adalah TKI yang mengadu nasib di Arab Saudi. Para jamaah umumnya minta full service artinya jamaah menyerahkan handphone untuk dipasangi kartu perdana dan belajar kilta untuk pengecekan pulsa. Setelah itu saling sibuk tukar nomor perdana sesama jamaah dengan Ketua Regu,
Ketua rombongan sampai Ketua Kloter dan Dokter Kloter.
Pasangan suami isteri pun saling menghafal dan mencatat nomor kartu perdana Arab Saudi. Setelah semuanya beres, lalu mencoba kontak ke Tanah Air dengan SMS untuk memberitahukan nomor perdana baru. Sebelum kontak telepon, banyak juga yang menghitung perbedaan waktu Arab Saudi dengan Waktu Indonesia untuk memastikan si penerima telepon bisa menerima secara tepat waktu. Selisih waktu antara Indonesia dengan Arab Saudi sekitar 4 jam.
Bila kita menelpon dari Arab Saudi jam 06.00 pagi, maka si penerima di Indonesia pukul 10.00 pagi. Karena itu, janganlah menelpon jam 22 malam dari Arab Saudi, karena si penerima di Indonsia jam 02.00 pagi disaat nyenyak tidur. Jika di HP kita masih terpasang Perdana dari Indonesia, sebaiknya jangan menerima kontak telepon dari Indonesia, si penerima akan terkena pulsa mahal. Begitu pula kalau kita ingin menelpon atau mengirim SMS dari Arab Saudi ke Indonesia. Jangan menggunakan nomor perdana dari Indonesia, biaya juga mahal. Akan lebih murah kalau jamaah yang ada di Arab Saudi yang mengganti dengan Kartu Perdana setempat.
Ada beberapa jenis handphone yang di Indonesia menggunakan dua kartu perdana, satu diantaranya XL. Maka kartu perdana XL tersebut harus tetap terpasang di Handphone tersebut, untuk mendampingi Kartu Perdana HP Arab Saudi yang kita beli di situ. Jika kartu XL tersebut kita tinggal di Indonesia, Handphone menjadi problem karena tidak mau dipakai bersama kartu perdana Arab Saudi. Akibatnya, Handphone tersebut hanya bisa dipakai dengan Kartu Perdana dari Indonesia. Jika pulsanya habis, tak bisa isi ulang di Arab Saudi, terkecuali keluarga kita di Indonesia yang melakukan isi ulang di Indonesia.
Selama di Tanah Suci, fungsi Handphone amat vital. Suami isteri selalau tak lepas dengan komunikasi dan dampak sampingnya yaitu harus disiplin di dalam mengisi baterai atau men-charge di pemondokan. Dari penga-laman tahun 1431 H – 2010 M yang lalu, hampir di semua tempat jamaah semuanya bisa dikontak dengan Handphone. Walaupun sebenarnya di tempat ibadah di Mekkah maupun Madinah tidak dibenarkan membawa atau menggunakan Handphone, tapi faktanya para jamaah terlihat menelpon ke seluruh dunia, sehingga tak heran bila disetiap ada colokan listrik selalu penuh untuk nyetrum HP (Bagus Wahyono)