By Ppm Imuska
Siapa
diantara kita yang menyangkal keshalihan seorang Ismail? Ismail yang
diyatimkan di daerah tandus, kering dan miskin air ketika kecil. Kala
beranjak dewasa, merelakan diriny untuk di-Qurban-Kan. Justru Ismail lah
yang menguatkan hati sang ayah Ibrahim untuk memenuhi
perintah Tuhannya.
"Hai
anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu.Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia
menjawab:"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
(QS.As-Saffat: 102)
Rasanya
sangat manusiawi, ketika Ibrahim terkesan “ragu” untuk memenuhi
perintah itu. Kehadiran anak keturunan yang sangat dinantikan (Ibrahim
berada dalam usia yang tidak lagi muda ketika dikaruniakan keturunan),
pun juga ketika ia harus meninggalkan permata hatinya di lembah nan
tandus. Mem-pasrahkan orang-orang yang dicintainya pada sebaik-baik Dzat
penjaga. Ya,
Ibrahim pun meminta pendapat pada sang putra. Dan si shalih Ismail pun
menjawab dengan mantap : “kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu,
insha Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Seperti yang sama-sama kita ketahui, kisah ini kemudian berlanjut ketika
Allah mengganti anak itu (Ismail) dengan hewan sembelihan yang besar.
Si
shalih Ismail lahir dari sosok istri dan ibu yang tidak bisa
dikatakan biasa. Siti Hajar, perempuan yang bertubuh pendek dan berkulit
kehitaman,
namun memiliki cinta dan keimanan yang luar biasa. Segudang tanya tentu
ada dibenaknya, kenapa dan bagaimana mungkin sang suami membawa dan
meninggalkan ia dan bayi mungilnya di lembah nan tandus. Namun, dia
justru mendukung dan menguatkan suaminya yang tengah mematuhi perintah
Tuhannya. Meski ia harus berlari sejauh shafa dan marwa, mencari titis
air penghilang dahaga bagi bayi munggilnya. Dia lakukan itu berulang
kali, dengan sepenuh keyakinan mematuhi perintah Allah tak akan
menyiakannya. Hingga keajaiban itu pun menyapa, bukan dari tempat
terjauh ikhtiarnya, tidak di shafa, bukan pula di marwa, tapi dibawah
jejak kaki mungil Ismail.
Maka
sejatinya keshalihan Ismail tidak bermula begitu saja, yang shalih itu
bermula dari yang shalih pula. Ibrahim dan Hajar adalah sang sosok orang
tua shalih itu, yang dari pernikahan keduanya Allah karuniakan si
shalih Ismail. Ibrahim yang diatas segala ego manusiawinya, berusaha
segenap ikhtiarnya mematuhi perintah Tuhan nya. Hajar dengan
sepenuh upaya mendukung suaminya, dengan keyakinan Allah tidak akan
pernah menyia-nyiakan hambanya. Allah karuniakan si shalih Ismail bagi
keduanya, sebagimana yang dipinta dalam doa-doanya :
"Ya Tuhanku, karuniakanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang shalih" (QS.As-Shaffat:100)
Semoga Allah karuniakan kita keistiqomahan untuk senantiasa berikhtiar menjadi pribadi yang shalih/ah…
Semoga
Allah pasangkan dan jodohkan kita dengan pasangan yang shalih/ah, yang
dengannya Allah karuniakan anak keturunan shalih/ah penerus umat ini…
Aamiin..
..."Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholihah"...[HR. Muslim]
please visit our weblog:
http://ppmimuska.wordpress.com
http://muslimahkorea.multiply.com