Setiap
orang yang menikah memiliki idealisme masing-masing tentang apa tujuan
mereka berumah tangga dan bagaimana seharusnya ia dan pasangannya
membangun rumah tangga mereka. Begitu pun saya dan suami. Kami
memiliki idealisme tentang kemana dan bagaimana Keluarga ini akan
berlayar. Kami bersyukur karena sejak awal, kami memiliki idealisme yang
sesuai satu sama lain. Dengan adanya kesesuaian idealisme tersebut,
kami bisa berharap bahwa rumah tangga yang kami jalani akan terhindar
dari masalah-masalah prinsipil seperti perbedaan agama, perbedaan
persepsi tentang berkeluarga, perbedaan tujuan berkeluarga, perbedaan
persepsi tentang peran istri dan suami, dan masalah-masalah lain yang
menurut kami masuk pada ranah prinsip hidup. Dan harapan kami sejauh ini
dapat terlihat wujudnya. Tidak ada perbedaan yang sifatnya prinsipil
yang bisa saja berpengaruh secara signifikan terhadap keharmonisan rumah
tangga.Tetapi, menurut Ibu saya dalam kehidupan rumah tangga, justru
seringnya masalah timbul akibat perbedaan yang sifatnya tidak prinsipil,
alias perbedaan yang dapat dikatakan sepeleDan itu sering kami alami
(pasti dialami pula oleh pasangan-pasangan
lainnya).
Perbedaan-perbedaan
sepele seperti itu banyak jumlahnya. Sifatnya sepele sekali, dari mulai
perbedaan cara melipat baju, cara menjemur cucian, cara menamai masakan
tertentu, cara tidur, dan lain sebagainya. Kemudian kami menjadi sangat
kagum pada mereka yang menikahi orang dengan suku, atau
kewarganegaraan, atau agama, yang berbeda dengan dirinya. It must be not
easy.Spradely (Antropolog) bilang bahwa setiap kelompok budaya
memandang semesta dengan kacamata yang berbeda-beda. Realita yang ada
dikonstruksi melalui suatu proses yang kompleks, dimulai dari bagaimana
manusia membentuk persepsi terhadap peristiwa yang terjadi disekitarnya.
Persepsi tersebut
merupakan representasi mental yang tidak bisa dirasakan secara
langsung, tapi dapat diamati melalui perilaku simbolik. Peristiwa yang
terjadi tersebut kemudian menjadi suatu tanda (sign)dalam persepsi
manusia dan dimaknai sebagai simbol. Untuk mengatur perilaku simbolik
itulah dibutuhkan aturan (rule). Ketika dua kebudayaan dengan dua aturan
yang berbeda bertemu, bisa jadi menimbulkan clash atau
benturanSederhananya begini, kalau ada dua orang yang memiliki perbedaan
budaya bernaung dalam suatu institusi bernama ‘pernikahan’ dan harus
komitmen seumur hidupnya, penyesuaian antar keduanya pasti sulit. Karena
mereka membawa dua persepsi, perilaku simbolik, dan konsep yang berbeda
dari masing-masing keluarga besar. Behavior’ keduanya bahkan terbentuk
dari kecil, dan bisa jadi ada sesuatu yang given yang sangat sulit untuk
diubah. Masalah akan timbul ketika ada perilaku yang tidak disenangi.
Akan tetapi, bukan berarti mereka tidak bisa beradaptasi
dengan lingkungan baru, atau tidak bisa menerima hal-hal yang tidak
disenanginya.
Pengalaman
orang tua saya, waktu satu atau dua tahun itu belum cukup untuk sampai
pada titik menerima. Makanya wajar kalau dalam kognisi manusia cinta dan
benci itu beda tipis. Contohnya, ketika kita mendengar lagu yang tidak
kita senangi, rasa benci itu akan terus kita rekam dalam kognisi kita
dan membuat kita bersenandung atau terngiang-ngiang tanpa sadar. Sering
kan kita berkata, “ini kenapa gue jadi nyanyi lagu ini terus?” Lama-lama
bisa jadi malah suka.
Dalam
rumah tangga, rasa-rasa tidak suka itu harus disesuaikan melalui suatu
proses yang panjang. Contoh sederhananya begini. saya tidak senang
karena suami sering nyasaran. Pada mulanya saya sangat kesal, tetapi
akan ada titik di mana masing-masing pihak menerima dengan lapang. Saat
salah satunya ketika sedang berpisah, Hal-hal buruk yang paling terekam
dalam kognisi itu malah akan menjadi yang paling dirindukan, karena
paling sering dipermasalahkan, hehe
Mungkin
memang benar
bahwa untuk mengikat senyawa dua unsur yang berbeda itu dibutuhkan
konflik-konflik kecil (atau malah besar), agar hidup menjadi lebih
dinamis. Ibaratnya, kalau kata suami saya, dua orang itu kadang butuh
jarak, biar cinta masing-masing memberontak #eaaaa
Tentu
perbedaan antar pasangan harus disikapi sebagai sesuatu yang wajar
terjadi, justru aneh jika kita menemukan pasangan yang sama persis
dengan diri kita. Dan seperti kesimpulan yang sering disampaikan kaum
moderat, semua dikembalikan pada masing-masing individu, ambil saja
hikmahnya.Ya, dengan menikah, kami bisa lebih banyak belajar bagaimana
menyikapi perbedaan. Kami bisa lebih banyak belajar menekan egoisme
yang ada pada diri masing-masing. Kami bisa lebih banyak belajar untuk
tidak memperbesar masalah-masalah sepele. Dan yang terpenting, kami bisa
lebih banyak belajar untuk berkolaborasi demi mencapai tujuan berumah
tangga yang telah sama-sama kami sepakati.
Prinsipnya,
jangan sampai hal sepele merusak pondasi yang sudah dibangun
bersama-sama. Disinilah kami juga menjadi memahami pentingnya membangun
idealisme yang kuat tentang berumah tangga dan pentingnya menikahi
seseorang yang memiliki idealisme yang juga kuat untuk berumah
tangga. Termasuk dalam menentukan tujuan berumah tangga. Tujuan yang
sama dan besar akan berfungsi sebagai pengingat manakala terjadi
perbedaan-perbedaan sepele yang menyebabkan badai dan guncangan dalam
rumah tangga. Pengingat bahwa tujuan yang diimpikan bersama jauh lebih
besar daripada masalah yang dihadapi. Jika demikian, sebanyak atau
separah apapun perbedaan-perbedaan ‘sepele’ terjadi, tidak akan
berpengaruh besar karena rumah tangga tersebut dibangun karena adanya
kesamaan tujuan, dan tujuannya sama-sama besar. Pernikahan ibarat sebuah
gunung. Dari jauh kita memandangnya begitu indah dan kita ingin sekali
mencapai puncaknya. Namun ketika kita mendekat, kita menyadari bahwa
untuk mencapai puncak kita harus melalui jalan yang terjal dan berliku.
Tidak semua orang mau bersusah payah berkorban melaluinya. Tapi, apakah
kamu rela menyerah padahal keindahan puncak sudah jelas-jelas
dijanjikan?
*)Atas permintaan yang bersangkutan, nama pengirim tidak disertakan
..."Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholihah"...[HR. Muslim]
please visit our weblog:
http://ppmimuska.wordpress.com
http://muslimahkorea.multiply.com