Rabu, 08 Januari 2014

Raztel Muslim Tab A970

Info Produk Baru PT. Raztel . Raztel Muslim Tab A970
Pertama di Indonesia dengan layar 7" os Android Ice Cream Sandwitch , 2 GSM On , 3G , WiFi , BBM

 
Gambar  Raztel Muslim Tab A970
KEUNGGULAN
 
 -   Konektivitas jaringan 3G
 -   2 SIM 2 Standby (3G + GSM)
 -   Layar kapasitif multi sentuh 5 jari
 -   2 Kamera 0.3 MP depan dan 1.3 MP belakang  dengan auto-focus dan
lampu flash
 -   WiFi, Bluetooth, GPS dan Radio FM
 -   Baterai besar 3200 mAh dan tutup belakang bisa dibuka
 -   Suara terjemahan Al-Quran bahasa Indonesia
 -   Tafsir dan hadist arab
 
SPESIFIKASI APLIKASI ISLAMI
 
 Al-Qur’an  :
-                    Al-Qur’an digital lengkap 114 surat
-                    Teks Al-Qur’an menggunakan huruf Othmanic
-                    Teks terjemahan bahasa Indonesia
-                    Resitasi suara Al-Qur’an dari Sudais Shuraim, Mishari, Ghamidi dan Khusorry
-                    Resitasi suara terjemahan bahasa Indonesia
-                    Pilihan surat dan ayat yang ditampilkan
     Penandaan surat dan ayat (bookmark)
Tafsir :
-                    Al-Jalalain bahasa Indonesia
-                    Al-Jalalain bahasa Inggris
-                    Al-Jalalain bahasa Arab
     Ibnu Katsir bahasa Arab
Hadist :
-                    Muslim bahasa Indonesia
-                    Bukhori bahasa Arab
-                    Muslim bahasa Arab
-                    Riyadh As Saliheen bahasa Inggris
Waktu Shalat :
 -   Dilengkapi alarm suara Azan
Arah Kiblat :
-                    Kota-kota besar di seluruh negara dunia
     435 kota di Indonesia
Do’a Haji dan Umrah :
-   38 Suara Do’a Haji dan Umrah
Panduan Haji dan Umrah :
-   8 Video Panduan Haji dan Umrah
 
SPESIFIKASI TABLET

- Prosesor : MTK MT6577 Cortex A9 1.2 Ghz Dual Core
- Sistem Operasi : Android 4.1.2 Ice Cream Sandwitch (ICS)
- Memori : RAM 512MB + ROM 4 GB (Flash)
- Layar : 7” TFT-LCD kapasitif multi sentuh 5 jari
Resolusi 1024x600 pixel
- Jaringan : Quadband GSM 850/900/1800/1900MHz
- Dualband : WCDMA/3G 1900/2100MHz
- Kartu SIM : 2 SIM 2 Standby (WCDMA/3G + GSM)
- Media Penyimpanan : Kartu T-Flash Maksimum 32GB (tidak termasuk)
- Kamera : 2 Kamera 0.3 MP depan dan 1.3 MP belakang dengan auto-focus dan lampu flash
- Wifi : IEEE802.11 b/g/n wireless network
- Bluetooth : 2.1 + A2DP
- USB : Mini USB 2.0
- GPS : GPS/A-GPS
- Radio : Radio FM
- Baterai : 3.7 Vdc 3200 mAh
- Adaptor : Input 100 – 240 Vac 50/60 Hz
Output 5Vdc 2A
- Earphone : Konektor 3.5 mm
- Charger : Konektor mini USB 5 pin
- Dimensi : 198 x 124 x 12.5 mm
- Berat : 195 gr
- Waktu : Bicara 5 jam
Standby 48 jam
- Format Ebook : CHM, EPUB, UMD, WDL, DOC, XLS, PPT, TXT, PDF, HTML
- Format Audio : MP3, WMA, WAV, MIDI , AAC, AAC+, eAAC+, AMR-NB, AMR-WB, QCP, M4A
- Format Video : MP4, AVI, MOV, 3GP, FLV, RM, RMVB, WMV, ASF, 3G2, M4V

Senin, 06 Januari 2014

Yang shalih bermula dari yang shalih pula

 
Siapa diantara kita yang menyangkal keshalihan seorang Ismail? Ismail yang diyatimkan di daerah tandus, kering dan miskin air ketika kecil. Kala beranjak dewasa, merelakan diriny untuk di-Qurban-Kan. Justru Ismail lah yang menguatkan hati sang ayah Ibrahim untuk memenuhi perintah Tuhannya. 
       
"Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab:"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (QS.As-Saffat: 102)

Rasanya sangat manusiawi, ketika Ibrahim terkesan “ragu” untuk memenuhi perintah itu. Kehadiran anak keturunan yang sangat dinantikan (Ibrahim berada dalam usia yang tidak lagi muda ketika dikaruniakan keturunan), pun juga ketika ia harus meninggalkan permata hatinya di lembah nan tandus. Mem-pasrahkan orang-orang yang dicintainya pada sebaik-baik Dzat penjaga. Ya, Ibrahim pun meminta pendapat pada sang putra. Dan si shalih Ismail pun menjawab dengan mantap : “kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insha Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Seperti yang sama-sama kita ketahui, kisah ini kemudian berlanjut ketika Allah mengganti anak itu (Ismail) dengan hewan  sembelihan yang besar.

Si shalih Ismail lahir dari sosok istri dan ibu yang tidak bisa dikatakan biasa. Siti Hajar, perempuan yang bertubuh pendek dan berkulit kehitaman, namun memiliki cinta dan keimanan yang luar biasa. Segudang tanya tentu ada dibenaknya, kenapa dan bagaimana mungkin sang suami membawa dan meninggalkan ia dan bayi mungilnya di lembah nan tandus. Namun, dia justru mendukung dan menguatkan suaminya yang tengah mematuhi perintah Tuhannya. Meski ia harus berlari sejauh shafa dan marwa, mencari titis air penghilang dahaga bagi bayi munggilnya. Dia lakukan itu berulang kali, dengan sepenuh keyakinan mematuhi perintah Allah tak akan menyiakannya. Hingga keajaiban itu pun menyapa, bukan dari tempat terjauh ikhtiarnya, tidak di shafa, bukan pula di marwa, tapi dibawah jejak kaki mungil Ismail.

Maka sejatinya keshalihan Ismail tidak bermula begitu saja, yang shalih itu bermula dari yang shalih pula. Ibrahim dan Hajar adalah sang sosok orang tua shalih itu, yang dari pernikahan keduanya Allah karuniakan si shalih Ismail. Ibrahim yang diatas segala ego manusiawinya, berusaha segenap ikhtiarnya mematuhi perintah Tuhan nya. Hajar dengan sepenuh upaya mendukung suaminya, dengan keyakinan Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan hambanya. Allah karuniakan si shalih Ismail bagi keduanya, sebagimana yang dipinta dalam doa-doanya :

"Ya Tuhanku, karuniakanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang shalih" (QS.As-Shaffat:100)

Semoga Allah karuniakan kita keistiqomahan untuk senantiasa berikhtiar menjadi pribadi yang shalih/ah…

Semoga Allah pasangkan dan jodohkan kita dengan pasangan yang shalih/ah, yang dengannya Allah karuniakan anak keturunan shalih/ah penerus umat ini…

Aamiin..
 
 
..."Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholihah"...[HR. Muslim]

please visit our weblog:
http://ppmimuska.wordpress.com
http://muslimahkorea.multiply.com

Pernik pernikahan: menyikapi perbedaan

         Setiap orang yang menikah memiliki idealisme masing-masing tentang apa tujuan mereka berumah tangga dan bagaimana seharusnya ia dan pasangannya membangun rumah tangga mereka. Begitu pun saya dan suami. Kami memiliki idealisme tentang kemana dan bagaimana Keluarga ini akan berlayar. Kami bersyukur karena sejak awal, kami memiliki idealisme yang sesuai satu sama lain. Dengan adanya kesesuaian idealisme tersebut, kami bisa berharap bahwa rumah tangga yang kami jalani akan terhindar dari masalah-masalah prinsipil seperti perbedaan agama, perbedaan persepsi tentang berkeluarga, perbedaan tujuan berkeluarga, perbedaan persepsi tentang peran istri dan suami, dan masalah-masalah lain yang menurut kami masuk pada ranah prinsip hidup. Dan harapan kami sejauh ini dapat terlihat wujudnya. Tidak ada perbedaan yang sifatnya prinsipil yang bisa saja berpengaruh secara signifikan terhadap keharmonisan rumah tangga.Tetapi, menurut Ibu saya dalam kehidupan rumah tangga, justru seringnya masalah timbul akibat perbedaan yang sifatnya tidak prinsipil, alias perbedaan yang dapat dikatakan sepeleDan itu sering kami alami (pasti dialami pula oleh pasangan-pasangan lainnya). 


       Perbedaan-perbedaan sepele seperti itu banyak jumlahnya. Sifatnya sepele sekali, dari mulai perbedaan cara melipat baju, cara menjemur cucian, cara menamai masakan tertentu, cara tidur, dan lain sebagainya. Kemudian kami menjadi sangat kagum pada mereka yang menikahi orang dengan suku, atau kewarganegaraan, atau agama, yang berbeda dengan dirinya. It must be not easy.Spradely (Antropolog) bilang bahwa setiap kelompok budaya memandang semesta dengan kacamata yang berbeda-beda. Realita yang ada dikonstruksi melalui suatu proses yang kompleks, dimulai dari bagaimana manusia membentuk persepsi terhadap peristiwa yang terjadi disekitarnya. Persepsi tersebut merupakan representasi mental yang tidak bisa dirasakan secara langsung, tapi dapat diamati melalui perilaku simbolik. Peristiwa yang terjadi tersebut kemudian menjadi suatu tanda (sign)dalam persepsi manusia dan dimaknai sebagai simbol. Untuk mengatur perilaku simbolik itulah dibutuhkan aturan (rule). Ketika dua kebudayaan dengan dua aturan yang berbeda bertemu, bisa jadi menimbulkan clash atau benturanSederhananya begini, kalau ada dua orang yang memiliki perbedaan budaya bernaung dalam suatu institusi bernama ‘pernikahan’ dan harus komitmen seumur hidupnya, penyesuaian antar keduanya pasti sulit. Karena mereka membawa dua persepsi, perilaku simbolik, dan konsep yang berbeda dari masing-masing keluarga besar. Behavior’ keduanya bahkan terbentuk dari kecil, dan bisa jadi ada sesuatu yang given yang sangat sulit untuk diubah. Masalah akan timbul ketika ada perilaku yang tidak disenangi. Akan tetapi, bukan berarti mereka tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan baru, atau tidak bisa menerima hal-hal yang tidak disenanginya.

             Pengalaman orang tua saya, waktu satu atau dua tahun itu belum cukup untuk sampai pada titik menerima. Makanya wajar kalau dalam kognisi manusia cinta dan benci itu beda tipis. Contohnya, ketika kita mendengar lagu yang tidak kita senangi, rasa benci itu akan terus kita rekam dalam kognisi kita dan membuat kita bersenandung atau terngiang-ngiang tanpa sadar. Sering kan kita berkata, “ini kenapa gue jadi nyanyi lagu ini terus?” Lama-lama bisa jadi malah suka.

         Dalam rumah tangga, rasa-rasa tidak suka itu harus disesuaikan melalui suatu proses yang panjang. Contoh sederhananya begini. saya tidak senang karena suami sering nyasaran. Pada mulanya saya sangat kesal, tetapi akan ada titik di mana masing-masing pihak menerima dengan lapang. Saat salah satunya ketika sedang berpisah, Hal-hal buruk yang paling terekam dalam kognisi itu malah akan menjadi yang paling dirindukan, karena paling sering dipermasalahkan, hehe


         Mungkin memang benar bahwa untuk mengikat senyawa dua unsur yang berbeda itu dibutuhkan konflik-konflik kecil (atau malah besar), agar hidup menjadi lebih dinamis. Ibaratnya, kalau kata suami saya, dua orang itu kadang butuh jarak, biar cinta masing-masing memberontak #eaaaa

         Tentu perbedaan antar pasangan harus disikapi sebagai sesuatu yang wajar terjadi, justru aneh jika kita menemukan pasangan yang sama persis dengan diri kita. Dan seperti kesimpulan yang sering disampaikan kaum moderat, semua dikembalikan pada masing-masing individu, ambil saja hikmahnya.Ya, dengan menikah, kami bisa lebih banyak belajar bagaimana menyikapi perbedaan. Kami bisa lebih banyak belajar menekan egoisme yang ada pada diri masing-masing. Kami bisa lebih banyak belajar untuk tidak memperbesar masalah-masalah sepele. Dan yang terpenting, kami bisa lebih banyak belajar untuk berkolaborasi demi mencapai tujuan berumah tangga yang telah sama-sama kami sepakati.

          Prinsipnya, jangan sampai  hal sepele merusak pondasi yang sudah dibangun bersama-sama. Disinilah kami juga menjadi memahami pentingnya membangun idealisme yang kuat tentang berumah tangga dan pentingnya menikahi seseorang yang memiliki idealisme yang juga kuat untuk berumah tangga. Termasuk dalam menentukan tujuan berumah tangga. Tujuan yang sama dan besar akan berfungsi sebagai pengingat manakala terjadi perbedaan-perbedaan sepele yang menyebabkan badai dan guncangan dalam rumah tangga. Pengingat bahwa tujuan yang diimpikan bersama jauh lebih besar daripada masalah yang dihadapi. Jika demikian, sebanyak atau separah apapun perbedaan-perbedaan ‘sepele’ terjadi, tidak akan berpengaruh besar karena rumah tangga tersebut dibangun karena adanya kesamaan tujuan, dan tujuannya sama-sama besar. Pernikahan ibarat sebuah gunung. Dari jauh kita memandangnya begitu indah dan kita ingin sekali mencapai puncaknya. Namun ketika kita mendekat, kita menyadari bahwa untuk mencapai puncak kita harus melalui jalan yang terjal dan berliku. Tidak semua orang mau bersusah payah berkorban melaluinya. Tapi, apakah kamu rela menyerah padahal keindahan puncak sudah jelas-jelas dijanjikan?

*)Atas permintaan yang bersangkutan, nama pengirim tidak disertakan
 
 
..."Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholihah"...[HR. Muslim]

please visit our weblog:
http://ppmimuska.wordpress.com
http://muslimahkorea.multiply.com

Minggu, 05 Januari 2014

Plan Your best Year



Even if you have a planner, important information can still get lost. Use the
Post-it® Tabs to quickly color code and
categorize meetings, appointments,
birthdays and other events

Booked-up calendars packed with
information can become a mess. Call out
specific dates and important details with
Post-it® Flags so they’re easier to
remember.

It’s tough to keep track of things when
you’re on the run. Slip the Post-it®
On-the-Go Dispenser
with Flags and
Tabs in your bag or briefcase for a
handy way to stay organized.
 

PETUNJUK NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM DALAM MEREDAM LUAPAN EMOSI


Marah termasuk sifat bawaan pada manusia yang sebenarnya mengandung kemaslahatan dan manfaat. Sebab, dikatakan Syaikh Shaleh al-Fauzaan hafizhahullah, orang yang tidak bisa marah, terdapat kekurangan pada dirinya. Hanya saja, kemarahan itu harus diterapkan pada tempatnya. Apabila melampaui batas dan rambunya, maka akan menimbulkan bahaya [1] sehingga akan merugikan dan menjadi sifat tercela.

Sebelum memuntahkan amarah kepada orang lain atau benda sekalipun, baiknya orang memperhatikan hadits berikut yang berisi pesan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada seseorang yang meminta nasehat dari beliau.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, seorang lelaki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab: “Janganlah engkau marah”. Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah”[2].

Pesan hadits di atas sudah sangat jelas mengenai celaan terhadap marah, sehingga juga memperingatkan orang agar menjauhi faktor-faktor pemicunya [3]. Sebab satu jawaban yang sama dilontarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk merespon satu permintaan yang diulang-ulang menjadi petunjuk akan efek besar yang ditimbulkan oleh emosi.

Oleh karena itu, dalam beberapa hadits, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menghadirkan beberapa terapi nabawi untuk meredam emosi:

1. Membaca isti’âdzah (doa mohon perlindungan) dari setan yang terlaknat.

سَمِعْتُ سُلَيْمَانَ بْنَ صُرَدٍ رَجُلًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اسْتَبَّ رَجُلَانِ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَغَضِبَ أَحَدُهُمَا فَاشْتَدَّ غَضَبُهُ حَتَّى انْتَفَخَ وَجْهُهُ وَتَغَيَّرَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا لَذَهَبَ عَنْهُ الَّذِي يَجِدُ فَانْطَلَقَ إِلَيْهِ

Diriwayatkan dari Sulaimân bin Shurd Radhiyallahu anhu berkata, “Aku pernah duduk di samping Nabi saat dua orang lelaki tengah saling caci. Salah seorang dari mereka telah memerah wajahnya, dan urat lehernya tegang. Beliau bersabda, “Aku benar-benar mengetahui perkataan yang bila diucapkannya, niscaya akan lenyap apa (emosi) yang ia alami. Andai ia mengatakan: a’ûdzu billâhi minasy syaithânir rajîm, pastilah akan lenyap emosi yang ada padanya [HR. al-Bukhâri no. 3282, Muslim no. 2610]

Landasan hadits ini adalah firman Allah Azza wa Jalla

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui [al-A’râf/7:200]

2. Mengambil air wudhu
Dari Athiyyah as-Sa’di Radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah bersabda:

عَنْ جَدِّي عَطِيَّةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ

Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu [4]

3. Menahan diri dengan diam
Dari Ibnu Abbaas dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ

Barang siapa marah, hendaknya diam (dulu)

4. Merubah posisi dengan duduk atau berbaring
Dari Abu Dzarr Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ فَإِذَا ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإِلاَّ فَلْيَضْتَجِعْ

Jika salah seorang dari kalian marah saat berdiri, hendaknya ia duduk, kalau belum pergi amarahnya, hendaknya ia berbaring (Hadits shahih)

5. Mengingat-ingat keutamaan orang yang sanggup menahan emosi dan bahaya besar yang timbul dari luapan amrah yang akan dijauhkan dari taufik.
Dari Muâdz Radhiyallahu anhu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَظَمَ غَيْظاً وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنَفِّذهُ دَعَأهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنَ الْحُوْرِ مَا شَاءَ

Barang siapa menahan amarahnya padahal mampu meluapkannya, Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari Kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia inginkan [Hadits shahih].

Wallâhu a’lam.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XIII/1430H/2009M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl9 Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Al-Minhah ar-Rabbâniyyah Fi Syarhil Arba’în Nawawiyyah hlm. 161
[2]. HR. al-Bukhâri no.6116
[3]. Silsilah al-Manâhi asy-Syar’iyyah (4/37)
[4]. Syaikh Bin Bâz rahimahullah menilai hadits ini sanadnya jayyid
 

NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM, MENJADIKAN SHALAT UNTUK MENGADU KEPADA ALLAH



Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ {45} الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُوا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Rabb-nya, dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya. [al Baqarah/2 : 45-46].

Ibnu Katsir rahimahullah , dalam Tafsir al Qur`ani al 'Azhim (1/89) menerangkan ayat di atas dengan bertutur : "Allah memerintahkan hambaNya untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai pijakan bantuan dalam meraih apa yang mereka harapkan dari kebaikan dunia dan akhirat".

Dari sahabat Hudzaifah Radhiyallahu anhu, ia berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى

Bila kedatangan masalah, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengerjakan shalat. [1]

Itulah shalat yang sebenarnya, yang berperan sebagai piranti bagi seorang muslim dalam meminta perlindungan dan mengadu kepada Allah Ta'ala dari berbagai macam kesulitan dan kesedihan, permasalahan dan kepenatan. Dia tidak akan merasa sendirian, tetapi mendapatkan dukungan dari Allah, Pemilik langit dan bumi.

Maka, tidak disangsikan lagi potensi yang tersimpan pada shalat. Sebab kondisi seorang hamba sangat dekat dengan Allah dalam shalat. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

Seorang hamba akan menjadi paling dekat dengan Rabb-nya saat ia sedang sujud. Maka, perbanyaklah doa (di dalamnya). [HR Muslim no. 482, dari Abu Hurairah]

Oleh karena itu, semestinya seorang muslim memperbanyak doa saat bersujud, bertadharru' (tunduk) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , supaya Dia menyingkirkan berbagai permasalahan dan kesulitan, serta memberi kita anugerah kebaikan dunia dan akhirat.

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan faidah shalat: "Shalat termasuk faktor dominan dalam mendatangkan maslahat dunia dan akhirat, dan menyingkirkan keburukan dunia dan akhirat. Ia menghalangi dari dosa, menolak penyakit hati, mengusir keluhan fisik, menerangi kalbu, mencerahkan wajah, menyegarkan anggota tubuh dan jiwa, memelihara kenikmatan, menepis siksa, menurunkan rahmat dan menyibak tabir permasalahan'.[2]

Shalat itu sendiri akan mendatangkan ketenangan dan ketentraman jiwa. Dan seorang muslim, ia akan menggapai ketenangan jika dekat dengan Allah Ta'ala. Disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

قُلْ إِنَّ اللهَ يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ أَنَابَ {27} الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Katakanlah: "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepadaNya. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram". [ar Ra'du/13 : 27-28].

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata berkata kepada Bilal :

يَا بِلَالُ, أَقِمِ الصَّلَاةَ ! أَرِحْنـــَا بِهَا

"Wahai, Bilal. Kumandangkan iqamah shalat. Buatlah kami tenang dengannya". [Hadits hasan, Shahihu al Jami' : 7892]
.
Wahai orang yang mencari ketenanganan ketenteraman, dan kesejukan mata, tujulah shalat dengan penuh khusyu dan rasa hina di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala , sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, agar engkau dapat merengkuh keinginanmu. Kalau tidak, maka janganlah mencela kecuali kepada dirimu sendiri.

(Diangkat dari ash Shalatu wa Atsaruha fi Zayadati al Iman wa Tahdzibi an Nafs, karya Husain al 'Awaysyah, Dar Ibni Hazm, Beirut, Cet. III, Th. 1418 H).

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun X/1427H/2006M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Hadits hasan riwayat Ahmad dalam Musnad (5/388) dan Abu Dawud (2/35). Lihat Shahih Sunan Abi Dawud (1/245).
[2]. Zadu al Ma'ad (4/120). 


http://almanhaj.or.id/content/3782/slash/0/nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam-menjadikan-shalat-untuk-mengadu-kepada-allah/