Selasa, 26 Februari 2013

Hati yang Sehat

Hati yang sehat dan selamat -kata Ibnul Qayyim- adalah hati yang lepas
dari noda syirik dan mengikuti ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Inilah hati yang nantinya bermanfaat ketika bertemu Sang
Khalik di hari kiamat kelak.

Perlu kita tahu bahwa hati itu ada tiga macam. Ada hati yang sehat
(selamat dari penyakit), hati yang sakit dan hati yang mati. Ketiga
jenis hati ini disebutkan dalam ayat berikut ini,

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّا
إِذَا تَمَنَّى أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنْسَخُ
اللَّهُ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللَّهُ آَيَاتِهِ
وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (52) لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ
فِتْنَةً لِلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ
وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ (53) وَلِيَعْلَمَ
الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا
بِهِ فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ
آَمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (54)

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak
(pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan,
syaitan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah
menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah
menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana, agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu,
sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit
(hati yang sakit) dan yang mati hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang
yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat, dan agar
orang-orang yang telah diberi ilmu (yang punya hati yang sehat),
meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Rabb-mu lalu mereka
beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah
Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang
lurus.” (QS. Al Hajj: 52-54). Dalam ayat ini, disebutkan tiga macam
hati, yaitu dua hati yang terkena fitnah dan satu hati yang selamat.
Hati yang terkena fitnah adalah hati yang sakit dan yang mati.
Sedangkan hati yang selamat adalah hati orang beriman yang selalu
tunduk dan patuh pada Rabb-Nya, serta selalu merasakan ketenangan.

Bagaimana keadaan hati yang sehat?

Hati yang sehat, itulah yang akan selamat pada kegentingan hari kiamat
kelak. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ
بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)

“(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy
Syu’araa’: 88-89).

Hati yang sehat adalah hati yang selamat dari syahwat yang menyelisihi
perintah dan larangan Allah dan selamat dari syubhat yang bertentangan
dengan kabar dari Allah, selamat dari penghambaan pada selain Allah,
selamat dari berhukum pada selain hukum Rasulullah. Hati yang sehat
juga selamat dari cinta ibadah yang menduakan Allah, dari takut ibadah
yang menduakan Allah, begitu pula dari rasa harap yang menduakan
Allah. Intinya, segala ubudiyah (penghambaan) hanyalah ditujukan pada
Allah, itulah hati yang selamat. Demikian kalimat yang jaami’ ketika
mendefinisikan hati yang sehat sebagaimana diuraikan oleh Ibnul
Qayyim.

Hati yang sehat, selamat dari syirik (penghambaan ibadah pada selain
Allah) dan hati tersebut tunduk pada syari’at yang dibawa oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dua unsur penting ini
dimiliki oleh orang yang memiliki hati yang sehat. Demikian kesimpulan
dari Ibnul Qayyim rahimahullah.

Dalam ibadah ditanyakan dua hal, yaitu: (1) Mengapa? (2) Bagaimana?

Sebagian salaf berkata,

ما من فعلة وإن صغرت إلا ينشر لها ديوانان : لم وكيف أى لم فعلت وكيف فعلت

“Setiap amalan tidak lepas dari dua pertanyaan yaitu mengapa dan
bagaimana, maksudnya (1) mengapa dilakukan? (2) bagaimana dilakukan?”
(Ighotsatul Lahfan, 1: 42).

Pertanyaan pertama dimaksudkan apakah motivasi yang mendorong
melakukan amalan tersebut, apakah dilakukan untuk meraup keuntungan
dunia, suka akan pujian manusia, takut pada celaan mereka, ataukah
ingin mendekatkan diri pada Allah.

Pertanyaan kedua dimaksudkan bagaimana amalan tersebut dilakukan,
apakah sesuai yang disyari’atkan Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa
sallam- ataukah tidak.

Intinya, pertanyaan pertama tentang ikhlas dalam amalan, sedangkan
pertanyaan kedua tentang ittiba’ (mengikuti ajaran Rasul - shallallahu
‘alaihi wa sallam-). Amalan tidaklah diterima melainkan dengan
memenuhi dua syarat ini. Sehingga hati yang selamat dan meraih
kebahagiaan adalah hati yang ikhlas dan hati yang berusaha mengikuti
setiap petunjuk Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam
amalan ibadah. Sehingga Ibnul Qayyim pun mengatakan,

فهذا حقيقة سلامة القلب الذي ضمنت له النجاة والسعادة

“Inilah (hati yang ikhlas dan ittiba’) itulah hakikat hati yang salim,
yang akan meraih keselamatan dan kebahagiaan.” (Ighotsatul Lahfan, 1:
43).

Semoga Allah menganugerahkan pada kita hati yang sehat, bersih dari
noda syirik dan noda amalan tiada tuntunan.

Wallahu waliyyut taufiq.

Referensi:

Ighotsatul Lahfan fii Mashoyidisy Syaithon, Ibnu Qayyim Al Jauziyah,
terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan kedua, tahun 1432 H.

---

Riyadh-KSA, 11 Rabi’ul Akhir 1434 H

www.rumaysho.com

http://rumaysho.com/belajar-islam/manajemen-qolbu/4256-hati-yang-sehat.html