Perpustakaan bukan sekadar koleksi buku, tapi jugabangunan yang melindungi buku-buku itu.
Bangunan-bangunan ini lebih dari sekadar lemari kayu berdebu yang ada
di cerita-cerita misteri atau tumpukan buku di ruang bawah tanah.
Sejarawan arsitektur James Campbell dan fotografer Will Pryce bepergian
ke seluruh dunia, mengunjungi dan mendokumentasikan lebih dari 80
perpustakaan yang menampilkan berbagai pendekatan berbeda dalam
memikirkan dan merancang perpustakaan.
Hasilnya adalah The Library: A World of History,
salah satu buku pertama yang menceritakan kisah arsitektur perpustakaan
di seluruh dunia, dari Mesopotamia Kuno sampai Cina modern dan dari
awal adanya tulisan sampai sekarang. Seperti dipamerkan lewat
foto-foto mengagumkan dan indah ini, setiap masa dan budaya
mendefinisikan perpustakaan dengan cara berbeda, membentuknya sesuai
prioritas dan pemikiran mereka--sekaligus mencerminkan sejarah peradaban
itu sendiri.
Mafra Palace Library, 1771.
Mafra, Portugal. The view shows the doors to the galleries (visible in
the foreground at left), which are not hidden as they are in many
libraries of the time, but are decorated with Rococo surrounds. (Photo
by Will Pryce)
The National Library of China,
2008. Beijing, China. Designed by the Germanfirm Jürgen Engel
Architects, the library has a reading room that is roughly square on
plan and steps downwards, getting progressively smaller at each level.
(Photo by Will Pryce)
The Codrington Library, 1751 All
Souls College. Oxford, United Kingdom.Hawskmoor did not live to see the
completion of the library, which was carried out by James Gibbs. (Photo
by Will Pryce)
Ilmu
merupakan pertanda kebaikan bagi pemiliknya. Akan tetapi, indikator baik ini
tidak begitu saja melekat pada seseorang secara otomatis. Sebab, ajaran-ajaran
Islam bukan simbol-simbol kosong tanpa makna, namun harus teraplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari dan bermuara pada datangnya tangis seseorang karena takut
kepada Allah Azza wa Jalla .
Sudah berkembang di masa lalu, tangis
seorang hamba karena takut kepada Allah Azza wa Jalla merupakan tanda ilmu
seseorang bermanfaat bagi dirinya. Salah seorang generasi Salaf mengatakan,
"Seseorang yang telah dikaruniai ilmu, tetapi tidak membuatnya menangis (takut
karena Allah Azza wa Jalla ), sepantasnya ia tidak memperoleh ilmu yang
bermanfaat. Sebab Allah Azza wa Jalla berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya
apabila al-Qur'ân dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka
sambil bersujud. Dan mereka berkata: "Maha suci Rabb kami; sesungguhnya janji
Rabb kami pasti dipenuhi". Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil
menangis dan mereka bertambah khusyu'. [al-Isrâ/17:107-109]
Imam Ahmad
rahimahullah berkata, "Substansi ilmu adalah khasy-yatullah (rasa takut kepada
Allah Azza wa Jalla )
Ketika sebuah ilmu tidak bermanfaat bagi
pemiliknya, maka akan menjadi bumerang bagi dirinya di akhirat kelak. Akan
menjelma penggugat yang sangat menyulitkan di saat semua orang benar-benar
membutuhkan pembelaan dan bantuan dari pihak lain.
Dari sini, seorang
Muslim sedikit mengerti mengapa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengajarkan kepada kita doa perlindungan dari ilmu yang tak bermanfaat.
Dari Zaid bin Arqam, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam membaca doa:
Ya Allah Azza wa Jalla , aku berlindung kepadamu dari ilmu yang
tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu', dan dari jiwa yang tidak pernah
merasa kenyang, serta dari doa yang tidak dikabulkan [1]
Syaikh Husain
al-'Awâyisyah dalam Wasy-yus Hulal Fi Marâtibil 'Ilmi Wal 'Amal (hlm. 38)
berkata, "Sesungguhnya doa permohonan perlindungan kepada Allah Azza wa Jalla
dari ilmu yang bermanfaat, yang dilantunkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam mencakup banyak hal.
Coba lihat umpamanya buku-buku filsafat
dan kitab-kitab ulama ilmu kalam, telah begitu menyebar dan berada dimana-mana.
Diajarkan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Seorang yang mempelajarinya,
mesti menghabiskan waktu yang banyak untuk memahami maksud penulisnya. Apabila
telah memahaminya, ia baru sadar, tidak ada keuntungan apa-apa bagi agama dan
dunianya setelah mendalami 'ilmu-ilmu' itu.
Fakta lain, seseorang
menghabiskan sekian tahun untuk menghafal banyak persoalan, yang tidak ada
sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dan juga tidak mendekatkan dirinya kepada
Allah Azza wa Jalla.
Berapa banyak sejarah orang-orang yang tidak
berharga dan berkelakuan buruk, namun biografi mereka dijadikan bahan-bahan
ujian dan materi untuk memperoleh gelar akademis. Orang yang mendalami biografi
itu pun akan memperoleh kredit point tinggi di dunia internasional?!.
Ternyata orang itu buta terhadap sejarah perjalanan hidup Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam , tidak mengetahui tafsir surat terpendek
sekalipun, tidak menguasai hukum fikih dalam persoalan yang harus diketahui oleh
setiap Muslim. "
Semoga Allah Azza wa Jalla menganugerahkan keikhlasan
dan ilmu yang bermanfaat bagi kita sekalian. Wallâhu a'lam
[Disalin dari
majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XII/1430H/2009M. Diterbitkan Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo.